Irma Syuryani H
Kontributor
Tanpa perempuan, dunia sunyi—sesunyi semut berjalan tanpa suara. Mereka adalah cahaya, menghangatkan rumah dengan kehadiran, bahkan saat gelap menanti. Saya masih teringat ketika ibu angkatku pergi dua hari ke Pekanbaru. Rumah bagai berhenti bernapas; sinar mentari pagi tak mampu mengusir kesedihan yang tiba-tiba merantai ke ruang-ruang kosong. Tanpa sapaan lembutnya, rumah terasa gulita. Begitulah kekuatan perempuan: hidup hadir di setiap detik kehadirannya.
Rempah bisa diartikan sebagai simbol perempuan. Di antara aroma cengkeh Nusantara yang menguar, tersembunyi kisah perempuan—ia tak hanya menanam, tetapi juga merawat, mempertahankan budaya dan kesehatan keluarga. Cengkeh adalah simbol ketekunan dan kehangatan; perempuan adalah jantungnya.
Seperti disampaikan oleh Dr. Jane Goodall, ahli konservasi ternama dunia: “Because so many women are on the front line of the climate change fight, they’re uniquely situated to be agents of change.” Kutipan ini mengingatkan kita bahwa perempuan berada di garis depan pelestarian—tidak hanya terhadap alam, tapi juga warisan budaya seperti rempah.
Di wilayah penghasil cengkeh seperti Maluku, Sulawesi, dan Jawa, perempuan berperan penuh: memilih bibit, merawat tanaman, memanen, hingga mengolah pascapanen. Mereka juga kerap memimpin keputusan penting—waktu panen, metode pengeringan, hingga saluran pemasaran. Perempuan tidak hanya menjadi pelaksana, namun juga pemimpin dalam ekosistem rempah lokal.

Petani cengkeh perempuan
Perempuan petani cengkeh memikul dua peran: produktivitas ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Siang hari memetik cengkeh, malam hari meracik ramuan penghangat keluarga. Minyak cengkeh membantu meredakan demam dan menjaga daya tahan tubuh anak-anak. Ramuan tradisional—gabungan cengkeh, jahe, dan kayu manis—adalah warisan penyembuhan turun-temurun.
Pengetahuan tentang cengkeh diturunkan lewat cerita, bukan buku. Anak-anak belajar langsung dari perempuan desa: kapan panen, bagaimana mengeringkan, dan meracik ramuan. Kini, perempuan menciptakan inovasi di produk kesehatan—teh herbal, kosmetik alami, aromaterapi, hingga suplemen. Mereka adalah jembatan antara tradisi dan sains modern, memperkuat identitas budaya sekaligus memberdayakan ekonomi.
Cengkeh tumbuh perlahan, butuh kesabaran dan perhatian khusus—menyimbolkan perempuan: kuat, sabar, penuh kehidupan. Khasiat cengkeh untuk perempuan sangat banyak: mengurangi nyeri menstruasi, menjaga reproduksi dan tulang pasca-menopause, serta merawat kulit dan rambut secara alami.
Perempuan dan cengkeh adalah simfoni kehidupan: perlambang ketahanan dan harapan. Mereka adalah penjaga rempah, penjaga kehidupan—sebagai penjaga tradisi dan pelopor dalam kemajuan. Bagaikan cengkeh yang harum sepanjang zaman, kehadiran perempuan Nusantara menyatukan tradisi dan modernitas menjadi warisan abadi.(*)
0 Comments