Ryo Disastro – Pimred banrehi.com
Depok – Sabtu siang, 30 Agustus 2025, suasana hangat terasa di Coffee Toffee 2, Margonda, Depok. Di kafe yang akrab dengan nuansa diskusi itu, teman-teman Badan Nasional Rempah dan Herbal Indonesia (BANREHI) berkumpul bersama sahabat-sahabat dari Nusantara Centre untuk membedah draft buku terbaru bertema rempah.
Pertemuan ini dihadiri sejumlah tokoh dan pegiat pemikiran, antara lain Prof. Yudhie Haryono selaku penggagas BANREHI, Ryo Disastro selaku penyusun draft buku rempah, Asy’ari Muchtar, Agus Rizal, Yaya Sunaryo, Dedi Setiadi, Kirdi Putra, Irma Syuryani, Yudi Pratama, Setiyo Wibowo, serta Rian Prasetio. Kehadiran mereka menambah semarak suasana, sekaligus menegaskan keseriusan BANREHI dalam menggarap narasi besar tentang rempah dan herbal Nusantara.

Diskusi Draft Buku Rempah
Draft buku yang dibahas mendapat sambutan positif. Para peserta diskusi menilai naskah tersebut penting sebagai pijakan awal untuk menghidupkan kembali memori sejarah, kekayaan budaya, sekaligus potensi ekonomi rempah Indonesia. Namun, seperti halnya karya besar lainnya, naskah ini masih perlu perbaikan. Kritik dan masukan disampaikan secara terbuka dan penuh semangat. Semua catatan yang muncul akan segera dimasukkan ke dalam draft untuk direvisi sebelum diterbitkan.
“Buku ini bukan hanya tentang sejarah rempah, tapi juga tentang jati diri bangsa. Rempah adalah simbol peradaban Nusantara yang pernah menjadi pusat dunia. Kita harus mengembalikan narasi itu,” ujar Prof. Yudhie Haryono memberi penekanan.
Tak berhenti di sana, BANREHI juga berkomitmen untuk memperluas gaung narasi rempah Nusantara melalui medium digital. Dalam waktu dekat, mereka berencana meluncurkan sebuah podcast bertema rempah dan herbal di kanal YouTube. Podcast ini diharapkan dapat menjadi ruang dialog yang segar, menghubungkan sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, hingga peluang ekonomi yang lahir dari dunia rempah dan herbal.

Diskusi draft buku berlanjut ke diskusi RUU Perekonomian Nasional
Suasana diskusi berlangsung meriah dalam nuansa intelektual yang konstruktif. Semua yang hadir larut dalam pertukaran ide, saling menyambung gagasan, dan memperkaya perspektif. Setelah sesi pembahasan buku, obrolan berlanjut ke topik yang tak kalah penting: Rancangan Undang-Undang Perekonomian Nasional yang diampu oleh Prof. Yudhie Haryono dan Dr. Agus Rizal. Dari isu sejarah rempah hingga arah kebijakan ekonomi, diskusi yang dimulai siang itu terus bergulir hingga sore hari.
Pertemuan ini seakan menegaskan bahwa rempah dan herbal bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan juga fondasi masa depan. Bagi BANREHI, membicarakan rempah berarti membicarakan kedaulatan pangan, kesehatan, hingga strategi ekonomi bangsa.
Dengan semangat kebersamaan, acara ditutup dengan tekad bersama untuk segera menyempurnakan draft buku rempah, meluncurkan podcast, dan terus menghidupkan diskursus publik mengenai peran strategis rempah Nusantara.
Di Coffee Toffee 2 sore itu, secangkir kopi dan diskusi intelektual berpadu dalam satu kesatuan. Rempah bukan lagi sekadar bumbu dapur, melainkan simbol yang menyatukan gagasan dan harapan bagi Indonesia yang lebih berdaulat.(*)
0 Comments