Oleh : Yaya Sunaryo
Kontributor BANREHI
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia. Keanekaragaman flora dan fauna Nusantara bukan hanya kebanggaan ekologis, tetapi juga menyimpan potensi besar dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pengembangan obat tradisional. Salah satu tanaman yang patut mendapat perhatian lebih adalah bidara (Ziziphus mauritiana L.), tanaman herbal yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional dan kini mulai mendapat sorotan di dunia ilmiah.
BIDARA DALAM TRADISI DAN ILMU PENGOBATAN
Daun bidara dikenal luas dalam sistem Traditional Chinese Medicine (TCM). Dalam praktik TCM, bidara telah digunakan untuk mengobati beragam gangguan kesehatan, mulai dari masalah pencernaan, kelemahan tubuh, gangguan hati, hingga gangguan metabolisme seperti obesitas dan diabetes. Tidak hanya itu, tanaman ini juga bermanfaat dalam penanganan masalah saluran kemih, infeksi kulit, demam, insomnia, bahkan kanker. Efek antiinflamasi, antimikroba, dan pelindung sel yang dikandung oleh tanaman ini menjadikannya salah satu kandidat penting dalam pengembangan obat-obatan berbasis bahan alam (Putri, 2017).
Secara geografis, tanaman bidara banyak ditemukan tumbuh secara alami di wilayah Sumenep, Madura, sebuah kawasan yang terkenal akan budaya dan keanekaragaman hayatinya. Kandungan kimiawi dalam daun bidara sangat kompleks dan kaya, terdiri dari flavonoid, alkaloid, triterpenoid, saponin, lipid, dan protein. Komposisi ini menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan aktif dalam pengobatan modern.

Pohon Bidara (Ziziphus mauritiana L.)
INDONESIA: LUMBUNG HERBAL DUNIA
Menurut data, Indonesia memiliki sekitar 30.000 jenis tumbuhan, dan sekitar 7.000 di antaranya berpotensi sebagai tanaman obat. Fakta ini menjadikan Indonesia sebagai negara kedua dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia setelah Brasil (Permana, 2016). Potensi ini bukan hanya sekadar statistik, tetapi merupakan peluang nyata bagi pengembangan industri obat tradisional berbasis herbal dan jamu.
Hingga saat ini, tercatat lebih dari 1.500 industri obat tradisional di Indonesia, termasuk industri kecil menengah yang memproduksi jamu, obat herbal terstandar, hingga fitofarmaka. Produk-produk seperti beras kencur, kunyit asam, hingga hasil ekstraksi bahan alam modern kini menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat urban yang semakin sadar akan pentingnya pengobatan berbasis alam.
REGULASI DAN STANDAR MUTU
Untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat tradisional, pemerintah telah menetapkan regulasi melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Regulasi ini bertujuan menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif dengan tetap mengedepankan mutu, khasiat, dan keamanan produk (Permana, 2016). Langkah ini penting agar pengobatan tradisional dapat diterima secara luas, tidak hanya oleh masyarakat lokal, tetapi juga di pasar global.
MANFAAT KESEHATAN DAUN BIDARA
Salah satu manfaat utama dari daun bidara adalah sebagai antimikroba alami. Penelitian oleh Haeria dkk. (2018) menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dari daun bidara memiliki aktivitas anti-bakteri kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, dengan zona hambat sebesar 12,5 mm dan 14,1 mm secara berturut-turut. Fraksi tertentu dari ekstrak daun bidara mengandung senyawa flavonoid, steroid, dan senyawa organik yang berperan sebagai bioaktif utama.
Selain efek anti-mikroba, daun bidara juga dikenal memiliki khasiat sebagai analgetik, anti-piretik, dan anti-inflamasi. Dalam pengobatan tradisional, masyarakat sering menggunakan daun ini untuk meningkatkan stamina, menurunkan panas demam, dan bahkan untuk mandi bagi penderita penyakit tertentu karena sifat daun yang menghasilkan busa saat diremas (Taufik, 2018).
MASYARAKAT DAN TRADISI PENGOBATAN HERBAL
Sayangnya, di tengah pesatnya kemajuan teknologi kesehatan modern, pengetahuan masyarakat mengenai tanaman obat tradisional masih terbatas. Banyak warga belum mengetahui bahwa di sekitar tempat tinggal mereka terdapat tanaman dengan khasiat luar biasa yang telah digunakan sejak masa nenek moyang (Thomas, 2012). Padahal, tradisi pengobatan herbal di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru. Ia telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas budaya Nusantara.
Oleh karena itu, penguatan literasi herbal dan promosi kesehatan berbasis alam menjadi urgensi nasional. Masyarakat perlu lebih percaya diri menggunakan tanaman herbal seperti bidara, karena selain aman untuk penggunaan jangka panjang, juga dapat menjadi solusi atas berbagai penyakit yang kini menjadi epidemi modern, seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan metabolik lainnya.
MENJADIKAN INDONESIA SENTRAL HERBAL DUNIA
Dengan segala kekayaan flora yang dimiliki, sudah sepatutnya Indonesia menjadi pusat pengembangan tanaman obat dan herbal dunia. Negara ini memiliki peluang besar untuk memimpin dalam produksi, penelitian, dan inovasi obat tradisional. Namun untuk mewujudkannya, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat umum.
Budidaya tanaman seperti bidara, penelitian farmakologis, serta regulasi yang mendukung industri herbal merupakan langkah konkret yang perlu terus ditingkatkan. Tidak hanya untuk pasar domestik, tetapi juga untuk menjawab tantangan kesehatan global dengan solusi berbasis kearifan lokal.(*)
Tulisan luar biasa dan sangat bermanfaat utk menjadi referensi dalam pengobatan tradisional